fbpx

Semen Padang Klaim Penambangan Batu Kapur Ramah Lingkungan. Benarkah?

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi dan melihat langsung proses peledakan (blasting) batu kapur di Tambang PT Semen Padang (PTSP). Seperti yang sudah saya ulas sebelumnya di sini bahwa PTSP memiliki komitmen untuk mengimplementasikan asas triple bottom line, yaitu meskipun sebagai perusahaan bisnis PTSP mengejar adanya keuntungan (Profit), akan tetapi PTSP akan senantiasa memperhatikan aspek sosial (Social) dan lingkungan (Planet).

Kali ini, saya akan membahas terkait dengan komitmen PTSP dalam mengelola/mengendalikan dampak negatif secara fisik terhadap lingkungan terkait dengan kegiatan penambangan. Terutama terkait dengan proses blasting. Sebelum melihat proses blasting, kami diwajibkan untuk mengenakan safety helmet and vest terlebih dahulu. Sebenarnya, kita wajib menggunakan safety shoes juga saat mengunjungi areal penambangan. Tetapi, karena belum diinfokan sebelumnya, maka kami menggunakan alas kaki seadanya. Alhamdulilah, kebanyakan dari kami sudah mengenakan sepatu tertutup. Jadi, sudah cukup aman. Namun, kami tetap harus hati-hati, tidak boleh terlalu jauh dari tempat yang sudah disediakan untuk melihat peledakan, dan tidak boleh terpisah dari rombongan.

Guide tour dalam kunjungan proses blasting ini adalah Bapak Romi Abdillah, salah satu penanggung jawab dari tim tambang. Bapak Romi menjelaskan bahwa salah dua bahan baku utama industri Semen Padang adalah batu kapur dan silika. Dikarenakan batu kapur memiliki kekerasan yang sangat keras, maka diperlukan dilakukan pemberaian dengan cara mekanis dan peledakan. Kali ini, pemberaian dilakukan dengan cara peledakan.

Bahan peledak yang digunakan adalah amonium nitrat, fuel oil, detonator, dan rangkaian non listrik. Lantas apakah proses blasting ini sudah menerapkan kaidah green industry? Dalam merangkai bahan peledak, Pak Romi menjelaskan bahwa rangkaian bahan peledak sudah sesuai standar dari sistem manajemen K3 dan lingkungan hidup. PTSP juga melakukan upaya penghematan melalui langkah reuse atau penggunaan kembali oli bekas dump truck sebagai fuel oil-nya.

See also  Menilik Implementasi Teknologi Hijau di Industri Semen Padang

Proses blasting ini tak dapat dipungkiri akan memberikan dampak terhadap lingkungan, yaitu timbulnya getaran, bunyi dentuman yang keras, dan pentalan batuan pada jarak tertentu. Oleh karena itu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap dampak lingkungan, maka PTSP secara berkala melakukan pengukuran getaran, suara, dan jarak pental dari tempat bangunan terdekat. Hingga saat ini, dampak penerapan blasting masih berada di bawah nilai ambang batas SNI. Perlu diketahui bahwa angka getaran blasting PTSP masih di bawah 2 mm/detik. Berdasarkan peraturan SNI, getaran di bawah 2 mm/detik diklaim tidak akan merusak lingkungan dan bangunan.

Bebatuan kapur yang tidak selalu putih. Tergantung kandungan CaO-nya. Semakin tinggi kandungan CaO-nya, warna batu semakin putih.

Sebagai tambahan info, dalam seminggu PTSP bisa melakukan peledakan hingga 5 kali. Sekali peledakan, menghasilkan kurang lebih 30.000 ton batu kapur. Sedangkan setiap harinya, PTSP membutuhkan batu kapur 26.000 ton. Kali ini peledakan dilakukan dalam 5 titik dengan kedalaman 12 meter yang akan menghasilkan 33.000 ton.

Upaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang PTSP

Tanggung jawab PTSP terhadap lingkungan tidak sampai di situ saja, tetapi juga tanggung jawab untuk melakukan reklamasi. Artinya, perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan lingkungan setelah penambangan selesai. Dan, sesuai dengan SNI, jangka waktu penambangan pun tidak dapat dilakukan seenaknya dengan melakukan eksploitasi berlebihan. Namun, pemerintah memiliki peraturan ambang batasnya berdasarkan tingkat kedalaman di atas permukaan laut yang aman.

reklamasi, lapangan, golf, bekas, penambangan, semen, padang, ptsp
Sobat WEGI Belajar Golf(gambar: hafizhulkhair)

Salah satu upaya reklamasi PTSP adalah mengubah bekas tambang tanah liat di Indarung menjadi lapangan golf yang asri. Selain mengembalikan fungsi lahan penghijauan, juga bisa ditujukan sebagai upaya untuk menarik wisatawan.

Sebut saja Pabrik Indarung I yang berdiri sejak 106 tahun silam, kini disiapkan sebagai Museum Semen Pertama di Indonesia dan ASEAN. Pabrik Indarung I dialihfungsikan karena proses basah pada teknologi raw mill-nya tidak ramah lingkungan. Bahkan, konon katanya Pabrik Indarung I dinominasikan oleh tim herritage dari Belanda untuk proses syuting James Bond terbaru. Wow! Menarik bukan?

reklamasi, pabrik, indarung, I, james, bond, 106th, semen, padang, (2)
Sewa Baju Menir dan Noni Belanda (gambar: fhiaft)

Nah, info inilah yang saya dapatkan selama wisata herritage & green industry bersama PTSP. Bagaimana sobat Ecoist, apakah kalian memiliki pendapat yang lain?

See also  Pembalut Kain Serat Bambu Anti Bakteri dan Anti iritasi