fbpx

Menyandang Gelar Juara Dunia ternyata tak selamanya membanggakan. Apalagi jika menyadang Gelar Juara Dunia dalam hal persampahan. Fakta bahwa Indonesia tak hanya menjadi juara kedua di dunia dalam menghasilkan sampah plastik, tetapi juga juara kedua di dunia dalam menghasilkan sampah makanan sungguh sangat memilukan. Dan, yang juga memprihatinkan adalah bisa jadi kita turut serta dalam menyumbang banyaknya tumpukan sampah makanan. Mungkin belum banyak yang tahu bahwa sampah makanan yang tidak terkelola dengan baik juga memberikan dampak yang berbahaya bagi lingkungan. Oleh sebab itu, banyak dari kita yang masih acuh dalam hal ini. Mari kita evaluasi diri dan mulai bergerak untuk bijak mengelola sampah makanan dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Bukankah setiap aktivitas kita nanti akan dimintai pertanggung-jawaban? Termasuk sampah makanan yang kita hasilkan. Yuk, kenali bahaya sampah makanan bagi lingkungan dan ikuti 3 Cara Mudah Kelola Sampah Makanan Untuk Mencegah Pencemaran Air Tanah dan Pemanasan Global berikut:

Continue Reading…
(18)

Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Pencemaran karena sampah plastik sudah sangat meresahkan, tidak hanya di biota laut tetapi juga tanah di mana sangat mempengaruhi sumber air bersih. Melansir dari artikel National Geographic, dikatakan bahwa serat dari sampah plastik bisa terakumulasi pada kotoran manusia. Hal ini sungguh sudah sangat mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, harus ada upaya dan kesadaran bersama akan sampah-sampah plastik ini. Mulai dari meminimalisasi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah dari rumah dan menyerahkannya ke pengepul, mengompos sampah organik yang kita hasilkan, hingga melalukan daur ulang atau pengolahan sampah seperti yang saat ini makarame lakukan, yaitu mengolah sampah plastik multilayer menjadi beberapa kerajinan.

Continue Reading…
(12)

Mulai saat ini, biasakan membawa kantong sendiri jika hendak berbelanja, ya Ecoist! Karena sejak tanggal 21 Februai 2016, tepat pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, akan diberlakukan peraturan bayar kantong plastik jika kita berbelanja di minimarket, supermarket, dan sejenisnya.

Secara bertahap, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan melakukan sosialisasi kantong plastik berbayar di 17 kota besar di Indonesia seperti DKI Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon, dan Jayapura.

Continue Reading…
(5)

Pertumbuhan populasi yang tidak diikuti oleh pertumbuhan lahan membawa dampak tersendiri terhadap lingkungan. Jika dahulu kita masih terbiasa dengan jarak antar rumah yang berjauhan (bagi anak 90-an seperti saya masih mengalami), bahkan kepemilikan halaman rumah yang luas, kini kita terbiasa menjumpai rumah yang temboknya menjadi satu dengan rumah orang lain. Bahkan seringkali tak ada halaman rumah di depannya, buka pintu langsung jalan atau lorong bagi yang tinggal di apartemen/rusun.

Dulu, saya mengalami menanam biji buah di halaman, menyirami dan merawatnya walaupun tidak sampai tumbuh besar dan berbuah. Sekarang saya harus puas dengan menanam tanaman di dalam pot di teras rumah.

Continue Reading…
(6)

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi dan melihat langsung proses peledakan (blasting) batu kapur di Tambang PT Semen Padang (PTSP). Seperti yang sudah saya ulas sebelumnya di sini bahwa PTSP memiliki komitmen untuk mengimplementasikan asas triple bottom line, yaitu meskipun sebagai perusahaan bisnis PTSP mengejar adanya keuntungan (Profit), akan tetapi PTSP akan senantiasa memperhatikan aspek sosial (Social) dan lingkungan (Planet).

Kali ini, saya akan membahas terkait dengan komitmen PTSP dalam mengelola/mengendalikan dampak negatif secara fisik terhadap lingkungan terkait dengan kegiatan penambangan. Terutama terkait dengan proses blasting. Sebelum melihat proses blasting, kami diwajibkan untuk mengenakan safety helmet and vest terlebih dahulu. Sebenarnya, kita wajib menggunakan safety shoes juga saat mengunjungi areal penambangan. Tetapi, karena belum diinfokan sebelumnya, maka kami menggunakan alas kaki seadanya. Alhamdulilah, kebanyakan dari kami sudah mengenakan sepatu tertutup. Jadi, sudah cukup aman. Namun, kami tetap harus hati-hati, tidak boleh terlalu jauh dari tempat yang sudah disediakan untuk melihat peledakan, dan tidak boleh terpisah dari rombongan.

Continue Reading…
(55)

Apa kabar, Ecoist? Semoga tetap sehat dan semangat untuk selalu mencintai dan menjaga lingkungan kita ya! Aamiin…

Beberapa hari terakhir ini sedang marak pro dan kontra terkait peraturan plastik berbayar. Bagi kubu yang pro, kebijakan ini merupakan salah satu upaya yang bagus untuk mengurangi penumpukan sampah plastik. Saya sendiri, memilih menggunakan kardus jika berbelanja ke swalayan dan sejenisnya. Selain kardus bisa melindungi belanjaan saya dan mudah menatanya di mobil, juga kardus ini bisa saya jual ke tukang rosok jika sudah banyak. Kan, lumayan bisa buat uang tambahan belanja. Haha…

Continue Reading…
(7)

Hallo greeners… hari minggu kemarin kemana aja nih? Kalau makarame main-main nih ke Galeri Bank Sampah Makmur di Ngampel, Blotongan, Salatiga. Hmm… seru banget lho greeners! Pasti kalian bakal betah berlama-lama deh di sana.

Nah, pertama kali masuk kompleks Galeri Bank Sampah Makmur, makarame langsung tertarik sama plang yang terpampang di pertigaan kompleks. Yang ini nih…

galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga

Yup! Dalam benak makarame “Duh, managemen-nya pasti bagus banget nih!” Apalagi nih greeners, didukung pula dengan kondisi kompleks yang sangat bersih dan rapi. Hampir setiap rumah pun punya tambulapot. Potnya pun dibuat dari sampah lho! Luar biasa bukan? Masalah pupuk, tenang, say no to pestisida atau pupuk kimia deh! Semua organik dari sampah sayur dan buah. Plus, media tanamnya pun dari campuran kompos, sekam, dan tanah dengan perbandingan 2:2:1

Kenalin nih greeners, namanya Pak Sugito. Beliau ini pionir dari Galeri Bank Sampah Makmur. Pak Sugito lagi menjelaskan proses pembuatan kompos dan pupuk cair menggunakan EM4 dan tetes tebu. Harus sabar ya, greeners, paling tidak membutuhkan waktu 1 bulan! Tapi tenang, kompos ini tidak berbau kok, dan pupuk cairnya juga berbau seperti buah atau sayur aslinya. Yang ini dibuat dari mangga. Sstt… jangan diminum ya. Hehe

galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga
galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga


Dari pembuatan kompos, kita diajak mengunjungi Galeri. Pameran dari segala macam olahan sampah anorganik. Duh, sebenarnya, kita di sini disuguhi jus jambu, pisang goreng, dan rolade daun singkong. Tapi, saking senengnya lihat kerajinan, jadi lupa foto. Tapi, ga lupa makannya. Xixi… T-O-P-B-G-T deh makanan dan minumannya! Nah, mau pamer beberapa karya mereka dulu ya…

galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga
galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga
galeri, bank, sampah, makmur, ngampel, blotongan, salatiga

Gimana greeners? Keren kan? Karya mereka ini selain digemari turis lokal, juga sudah sampai ke Singapura dan Belgia lho! Wow! Hebat kan? Kapan ya, makarame bisa ekspor juga? Hmm… harus meniru semangat berkarya dan kerja keras mereka ya, greeners.

Asyik di galeri, kita diajak lagi berkeliling ke Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Seperti di awal tadi makarame cerita kalo di depan rumah masing-masing, sudah mulai menanam sayuran. Nah, yang sekarang ini semacam rumah kacanya greeners…

Sayang, tadi belum bisa panen ya. Rasanya pengen mencicipi sayuran organik. Lebih sehat dan pastinya lebih nikmat dong ya..

Selesai dari KRPL, kita langsung cus ke gudang. Seperti apa sih gudang penyimpanan sampahnya?

Hmm… tumpukan sampah ini, ternyata kalau diolah seperti di galeri tadi, sangat bernilai jual tinggi. Dan, sisanya yang tidak sempat diolah, dijual ke pengepul. Pun dengan harga yang sangat fantastis! Luar biasa bukan? Dari sampah akhirnya menjadi berkah.

Makasih banyak Galeri Bank Sampah Makmur sudah mau direpotin rombongan kami. Sebelum pulang, foto-foto dulu dong.

(2)