Sudah berapa lembar tisu yang kamu gunakan hari ini? Makarame harap kalian tidak menggunakan tisu terlalu banyak hari ini dan seterusnya ya! Tisu memang lembaran kertas tipis dan lembut yang nyaman digunakan untuk mengelap keringat dan kotoran di wajah, ingus di hidung, minyak di tangan, maupun benda-benda di sekitar kita. Pemakaian tisu sering digunakan karena kepraktisannya menggantikan sapu tangan. Ya, dengan harga tisu yang tergolong murah, kita tidak sayang untuk membuangnya setelah dipakai. Sedangkan sapu tangan, meskipun kotor akan sangat sayang dibuang dan mau tidak mau kita harus membawanya untuk dicuci di rumah. Salah satu alasan kepraktisan inilah yang membuat tisu semakin marak digunakan.
Namun, tahukah kamu bahwa di balik kepraktisan tisu terdapat proses pembuatan yang panjang dengan membawa dampak lingkungan yang kurang baik. Bagi sebagian orang, mungkin isu ini bukan hal baru karena Pemerintah pun sudah mencanangkan gerakan hemat tisu dan kertas melalui berbagai media seperti televisi, media sosial, dan lain-lain. Namun, mengapa penggunaan tisu masih marak? Semoga dengan artikel ini, kita bisa menekan penggunaan tisu. Minimal untuk diri kita sendiri ya.
- Memicu Terjadinya Krisis Oksigen, Air, dan Energi
Seperti yang kita ketahui bahwa bahan baku tisu yan beredar di pasaran saat ini 100% kayu atau pohon. Hal ini berarti bahwa semakin tingginya kebutuhan tisu, maka akan semakin banyak pula pohon yang ditebangi.
Koesnadi dari Sekjend Sarekat Hijau Indonesia (SHI) mengasumsikan bahwa setiap orang di Indonesia menggunakan ½ gulung tisu per hari, maka setiap hari dihabiskan 100 juta gulung tisu. Jika 1 gulung tisu memiliki berat ¼ kg, maka penggunaan tisu mencapai 25 ribu ton per hari. Perlu diketahui bahwa 1 ton pulp membutuhkan 5 m3 kayu, sehingga per hari dibutuhkan 125 juta m3 kayu. Wow! Bagaimana dengan kebutuhan per bulan? Per tahun?
Kotak Tissue Tenun Koran Etnik, Unik, & Waterproof
Perlu diketahui bahwa 1 pohon mampu menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari dan manusia membutuhkan oksigen 0,5 kg oksigen per hari. Jika pohon semakin krisis, bukan hanya cuaca yang semakin panas yang kita rasakan. Tapi, mungkin suatu saat di masa depan kita juga harus mengantongi botol oksigen setiap hari.
Kebutuhan air dalam pembuatan tisu pun bisa dibilang sangat tinggi. Untuk memproduksi 1kg tisu, dibutuhkan 30 liter air dan 4 kWh listrik. Jika diasumsikan setiap orang di Indonesia menggunakan 1 pack tisu kecil atau 50 gram, maka 10ribu ton tisu digunakan per hari. Dengan kata lain, per hari kita menghabiskan 300ribu liter air dan 40ribu kWH listrik. Kalikan saja jika per bulan dan per tahun konsumsi tisu kita tetap atau justru akan bertambah. Maka, bisa jadi suatu saat akan terjadi krisis air dan energi.
- Mengandung Zat Karsinogenik bagi Tubuh dan Lingkungan
Zat kimia yang digunakan untuk membuat tisu menjadi putih adalah gas chlor (Cl) yang bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Kalian pasti pernah mendengar kasus pembalut berdioksin bukan? Nah, dalam tisu pun terdapat zat dioksin ini sebagai hasil samping proses pemutihan (bleaching) pulp. Kandungan dioksin dalam suatu produk telah diatur oleh WHO yaitu, 1-10 pg/kg/hari (*pg = piko gram = seperjuta-juta gram).
Untuk menghindari efek karsinogenik di dalam tisu, sebaiknya hindari menggunakan tisu untuk mengambil makanan, menyumbat hidung, mengompres, dan kegiatan lain yang berdurasi lama menempel langsung pada kulit. Kehati-hatian ini dikarenakan kita tidak tahu tisu merek apa saja yang berdioksin dengan ambang batas aman.
- Memicu Terjadinya Pemanasan Global (Global Warming)
Selain berkurangnya jumlah pohon untuk memproduksi tisu yang memicu terjadinya pemanasan global, hal ini juga dikarenakan produksi CO2 yang dihasilkan pada proses produksi. Jika dalam satu tahun diproduksi 21 ribu ton tisu, maka terlepas sebanyak 42 ribu ton gas CO2. Emisi gas beracun lainnya adalah gas Sulfur Dioksida (SO2). Dalam 1 ton pulp dihasilkan 1 hingga 3 kg SO2. Bagaimana jika satu tahun 21 ribu ton tisu?