Semen Padang Klaim Penambangan Batu Kapur Ramah Lingkungan. Benarkah?

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi dan melihat langsung proses peledakan (blasting) batu kapur di Tambang PT Semen Padang (PTSP). Seperti yang sudah saya ulas sebelumnya di sini bahwa PTSP memiliki komitmen untuk mengimplementasikan asas triple bottom line, yaitu meskipun sebagai perusahaan bisnis PTSP mengejar adanya keuntungan (Profit), akan tetapi PTSP akan senantiasa memperhatikan aspek sosial (Social) dan lingkungan (Planet).

Kali ini, saya akan membahas terkait dengan komitmen PTSP dalam mengelola/mengendalikan dampak negatif secara fisik terhadap lingkungan terkait dengan kegiatan penambangan. Terutama terkait dengan proses blasting. Sebelum melihat proses blasting, kami diwajibkan untuk mengenakan safety helmet and vest terlebih dahulu. Sebenarnya, kita wajib menggunakan safety shoes juga saat mengunjungi areal penambangan. Tetapi, karena belum diinfokan sebelumnya, maka kami menggunakan alas kaki seadanya. Alhamdulilah, kebanyakan dari kami sudah mengenakan sepatu tertutup. Jadi, sudah cukup aman. Namun, kami tetap harus hati-hati, tidak boleh terlalu jauh dari tempat yang sudah disediakan untuk melihat peledakan, dan tidak boleh terpisah dari rombongan.

Guide tour dalam kunjungan proses blasting ini adalah Bapak Romi Abdillah, salah satu penanggung jawab dari tim tambang. Bapak Romi menjelaskan bahwa salah dua bahan baku utama industri Semen Padang adalah batu kapur dan silika. Dikarenakan batu kapur memiliki kekerasan yang sangat keras, maka diperlukan dilakukan pemberaian dengan cara mekanis dan peledakan. Kali ini, pemberaian dilakukan dengan cara peledakan.

Bahan peledak yang digunakan adalah amonium nitrat, fuel oil, detonator, dan rangkaian non listrik. Lantas apakah proses blasting ini sudah menerapkan kaidah green industry? Dalam merangkai bahan peledak, Pak Romi menjelaskan bahwa rangkaian bahan peledak sudah sesuai standar dari sistem manajemen K3 dan lingkungan hidup. PTSP juga melakukan upaya penghematan melalui langkah reuse atau penggunaan kembali oli bekas dump truck sebagai fuel oil-nya.

See also  5 Alasan yang Wajib Dipertimbangkan Untuk Beralih ke Pembalut Kain Mulai Saat Ini

Proses blasting ini tak dapat dipungkiri akan memberikan dampak terhadap lingkungan, yaitu timbulnya getaran, bunyi dentuman yang keras, dan pentalan batuan pada jarak tertentu. Oleh karena itu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap dampak lingkungan, maka PTSP secara berkala melakukan pengukuran getaran, suara, dan jarak pental dari tempat bangunan terdekat. Hingga saat ini, dampak penerapan blasting masih berada di bawah nilai ambang batas SNI. Perlu diketahui bahwa angka getaran blasting PTSP masih di bawah 2 mm/detik. Berdasarkan peraturan SNI, getaran di bawah 2 mm/detik diklaim tidak akan merusak lingkungan dan bangunan.

Bebatuan kapur yang tidak selalu putih. Tergantung kandungan CaO-nya. Semakin tinggi kandungan CaO-nya, warna batu semakin putih.

Sebagai tambahan info, dalam seminggu PTSP bisa melakukan peledakan hingga 5 kali. Sekali peledakan, menghasilkan kurang lebih 30.000 ton batu kapur. Sedangkan setiap harinya, PTSP membutuhkan batu kapur 26.000 ton. Kali ini peledakan dilakukan dalam 5 titik dengan kedalaman 12 meter yang akan menghasilkan 33.000 ton.

Upaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang PTSP

Tanggung jawab PTSP terhadap lingkungan tidak sampai di situ saja, tetapi juga tanggung jawab untuk melakukan reklamasi. Artinya, perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan lingkungan setelah penambangan selesai. Dan, sesuai dengan SNI, jangka waktu penambangan pun tidak dapat dilakukan seenaknya dengan melakukan eksploitasi berlebihan. Namun, pemerintah memiliki peraturan ambang batasnya berdasarkan tingkat kedalaman di atas permukaan laut yang aman.

reklamasi, lapangan, golf, bekas, penambangan, semen, padang, ptsp
Sobat WEGI Belajar Golf(gambar: hafizhulkhair)

Salah satu upaya reklamasi PTSP adalah mengubah bekas tambang tanah liat di Indarung menjadi lapangan golf yang asri. Selain mengembalikan fungsi lahan penghijauan, juga bisa ditujukan sebagai upaya untuk menarik wisatawan.

Sebut saja Pabrik Indarung I yang berdiri sejak 106 tahun silam, kini disiapkan sebagai Museum Semen Pertama di Indonesia dan ASEAN. Pabrik Indarung I dialihfungsikan karena proses basah pada teknologi raw mill-nya tidak ramah lingkungan. Bahkan, konon katanya Pabrik Indarung I dinominasikan oleh tim herritage dari Belanda untuk proses syuting James Bond terbaru. Wow! Menarik bukan?

reklamasi, pabrik, indarung, I, james, bond, 106th, semen, padang, (2)
Sewa Baju Menir dan Noni Belanda (gambar: fhiaft)

Nah, info inilah yang saya dapatkan selama wisata herritage & green industry bersama PTSP. Bagaimana sobat Ecoist, apakah kalian memiliki pendapat yang lain?

See also  Hari-Hari Peringatan Terkait Lingkungan Hidup

55 thoughts on “Semen Padang Klaim Penambangan Batu Kapur Ramah Lingkungan. Benarkah?

  1. Sie-thi Nurjanah
    13/04/2016
    Reply

    Menurut saya sistem peledakan aeperti itu hanya pembenaran oleh beberapa pihak, pada kenyataan tindak kekerasan semacam itu merusak ekosistem lingkungan setempat

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Yup! Ekosistem. Makhluk hidup (selain manusia) yang tinggal di bukit itu habitatnya pasti terganggu ya.
      Kalau dibuat film kartun pasti seru mendengarkan curhatan binatang dan pepohonan di sana. Hehe
      Tapi, adakah solusi jitu untuk industri semen? Karena saat ini mau tidak mau kita membutuhkan bahan baku dari alam 🙁

  2. Ayaa
    13/04/2016
    Reply

    Wah, Mbak Anita, pengalamannya seru sekali ya. Aku kenal produk semen tsb dari kecil, tp belum tau informasi ttg aktifitas disana seperti apa. Nice sharing 🙂

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Sekali-kali main ke sana, Aya. Bareng komunitas. Sekaligus mengulas hal-hal yang belum saya ulas. Buat nambah ilmu penambangan. Sebenarnya masih bisa dikatakan ramah lingkungan ga sih, dengan mengubah bukit menjadi tanah datar? Hehe

  3. @SobatBercahaya
    13/04/2016
    Reply

    Pas peledakan pernah ga ngenain orang?

    Itu lama kelamaan habis juga ya bahan bakunya. Trus apa pengganti bahan baku yang berasal dari batu kapur itu?

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Sepertinya belum pernah ada kejadian, Om. Karena sudah disesuaikan dengan SNI. Juga, saat peledakan, ada radius tertentu orang boleh mendekat. Kalau orang luar jelas tidak boleh. Untuk masuk ke situ hanya boleh pegawai atau undangan seperti kami kemarin.
      Saya pernah tanya ini juga, bagaimana kalau bahan baku habis? Mereka bilang, bukit kapur ini masih bisa dipakai ratusan tahun lagi. Jadi, untuk bahan baku pengganti masih sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Syukur2 bahan baku sintetis yang tidak harus merusak alam ya, Om.

  4. Yulia
    13/04/2016
    Reply

    Yang jadi pertanyaan saya adalah apakah penduduk sekitar ikut melestarikannya? Atau ada yang direkrut jadi pegawai disana juga

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Penduduk sekitar saya rasa sebagai pengontrol kebijakan pelestarian lingkungan akibat penambangan ya. Agar PTSP tetap komit untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pun tentu kerja sama dengan warga.
      Emm, dari beberapa berita yang kontra mengatakan penduduk sekitar sedikit yang dipekerjakan. Tetapi, menurut saya sih, semua tergantung dengan kualifikasi SDM di lowongan pekerjaan yang ada. Kita tidak bisa memaksakan untuk memperkerjakan sebagian besar penduduk sekitar misalnya. Apalagi saat ini untuk efisiensi biaya produksi lebih banyak menggunakan tenaga mesin daripada manusia. Saat kita memaksakan pun, konsekuensinya biaya produksi melambung. Ada yang mau bayar harganya? Hehe

  5. Hanif Bonbon
    13/04/2016
    Reply

    Kalo belajar dari kuliah sih yg namanya penambangan ya pasti merusak lingkungan

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Seru nih dilihat dari segi ilmu perkuliahan. Terus solusi dari para sarjana pertambangan bagaimana nih?
      Setidaknya bisa meminimalisasi kerusakan alam. Mungkin mengubah bahan baku dari sintetis? 😀

  6. ilham fadilah
    13/04/2016
    Reply

    Dillihat dari perusahaan ini pertama didirikan zaman Belanda tahun1910. Kok semennya belum abis-abis yah? :’D Recommended tempat wisatanya.

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Iya Ilham. Bahkan diperkirakan bukit kapur ini masih bisa memenuhi kebutuhan semen hingga ratusan tahun lagi. Karena memang sebagian besar batu kapur berada di Sumatera 😀

  7. 13/04/2016
    Reply

    Waahh… Keren mbak pengalamannya, itu yg bareng sama mbak susi juga kemarin ya?

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya Mbak Rosa…

  8. Dewi Sartika
    13/04/2016
    Reply

    Cerita dan pengalamannya seru, jadi pengen balik ke Padang

  9. Dewi Sartika
    13/04/2016
    Reply

    Pengalamannya seru ceritanya juga seru, jadi pengen kembali ke kota Padang. Ini yang kemaren bareng Semen Pdang itu kan?

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya Mbak Dewi sama semen padang.

  10. Rizka Ilma Amalia (Rima)
    13/04/2016
    Reply

    Halo, mbak. Senang berkunjung ke sini. Ini pertama kalinya. Hehe. Asyik banget pengalamannya, bisa lihat proses blasting itu. 😀

    Keren, ya. Meskipun mereka melakukan penambangan, mereka bertanggung jawab. Apalagi yang dibikin lapangan golf. Tapi, entahlah, segala hal pasti ada positif dan negatifnya, ya….

    Tulisannya bermanfaat, Mbak. Terima kasih. ^^

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Pasti mbak. Tidak ada yang sempurna.
      Tapi semoga bekal ilmu yang didapat bisa meminimalisasi dampak negatifnya dan dapat ditemukan solusi untuk mengatasinya. Aamiin…

  11. Fakhruddin
    12/04/2016
    Reply

    Kalau sy sih gini, penambangan kalau untuk pembangunan Nasional itu ndak masalah. Kadang sy mirisnya, barang2 tambang ini dieksport. Terus nanti kalau sudah habis, kan malu sama anak cucu.

    Tapi keren mbak pengalamannya 🙂

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Kalau ini penambangan BUMN mas. Hasilnya untuk keperluan Semen Indonesia group. Kalau pemasaran di dalam & luar negeri.
      Secara ekonomi sih, bagus. Untuk pemasukan negara. Makanya alangkah baiknya kita mendukung produk dalam negeri mas. Biar dari kita untuk kita.
      Yang penting lagi, bukan penambangan liar yang kadang justru dinikmati oleh asing.

  12. Mohammad Agustiar
    12/04/2016
    Reply

    Wah sehari bisa 30ton berarti ledakannya besar juga ya, setau saya sih kalo pertembangan gitu merusak lingkungan apalagi selalu pake peledak, semoga pihak pertambangan bertanggung jawab terhadap lingkungan 🙂

    • Makarame
      15/04/2016
      Reply

      Iya, semoga selalu ada solusi untuk industri simalakama ini ya… Hehe

  13. 12/04/2016
    Reply

    Wah, saya ndak pernah ke tambang batu kapur. Kalau batubara ga ada deh kayanya proses ledakan gini (entah kalau pas jaman eksplorasi) soalnya harga jual batubara tergantung dari besaran partikelnya juga.

    Sekalinya liat penambangan batu kapur, yang penambang liar yang rusak batu-batu dan bukit di padalarang, kabupaten bandung. Yang ga jelas nanti tanah hasil tambangnya akan jadi seperti apa.

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya, Mas. Harusnya yang ditindak & didemo itu penambangan liar. Karena tidak tahu siapa yang bertanggung jawab kalo terjadi sesuatu. Sampai kapan mereka boleh menambang, karena ketebalan tanah tertentu harusnya sudah tidak boleh ditambang. Dan apa yang harus dilakukan setelah selesai menambang pun tidak terkonsep dg baik.

  14. hadi
    12/04/2016
    Reply

    Saya barutahu kalau batu kapur ada yang berwarna juga. Wah nambah info nih saya jadinya. Seru

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya. Tergantung kandungan CaO-nya.

  15. Elisa
    12/04/2016
    Reply

    Nggak kebayang seminggu lima kali ledakan itu efeknya kayak gimana buat lingkungan dan warga sekitar, Mbak.. Bahkan PT Semen lainnya yang berencana didirikan di Cepu/Rembang (?) Menerima penolakan habis-habisan dari warganya.. Mungkin efek dari kegiatan di atas yang jadi salah satu alasannya.

    Tapi kalau tanggung jawab PT bisa se-dahsyat itu, menciptakan ruang terbuka hijau, museum dan beberapa lainnya, bisa dipertimbangkan juga sih. Dan itu kerewn!

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Kalo efek ledakan kmrn dibilang aman mbak untuk getaran & jarak terpelantingnya bebatuan.
      Kalo debu & limbah kotoran di sungai kmrn lupa menanyakan. Sepertinya yg sdg jadi kontroversi bagian ini. Krn air sungainya jd kecoklatan.
      Tp semoga ada bantuan air bersih dr PTSP ya. Aamiin…

  16. jiah
    12/04/2016
    Reply

    kalo ngrusak kudu berani memperbaiki. Pengen liat proses peledakan gitu juga deh

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Biasa aja jiah… ga terlalu mendebarkan kayak di film-film. Haha

  17. Mahadewi
    12/04/2016
    Reply

    Ini keren banget, thanks Udah share pengalaman nya ya 🙂

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Masama kak dewi.. terima kasih sudah baca ulasannya. Semoga menambah ilmu yang bermanfaat. Aamiin…

  18. Ryan R
    12/04/2016
    Reply

    Artikel yang menarik, yang bikin beda bisa memanfaatkan bekas pertambangan menjadi Lapangan Golf, keren.

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya. Keren banget. Pecinta fotografi juga akan dimanjakan sama hasil reklamasi ini mas. Hehe

  19. maulana muhammad
    12/04/2016
    Reply

    Di kalimantan selatan juga banyak bekas pertambangan jadi tempat wisata. Kebanyakan karena air yg memenuhi tambang jadi seperti danau gitu.

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Buat tulisan dong mas, mau baca ulasannya. Sama lihat hasil reklamasinya. Hehe

  20. susindra
    12/04/2016
    Reply

    Kemarin juga pengalaman pertama lihat blasting batu kapurn luar biasa ya.
    Aduh… aku belum sempat kumpulin memori tuk nulis lagi…. adaaa saja acaranya. Rencana one day one postku gagal. 🙁

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Sama bun… baru sekali juga lihat blasting. Semoga lain kali dapat kesempatan kunjungan industri lagi.
      Aamiin…

  21. 12/04/2016
    Reply

    wah itu lahan bekas penambangan jadi lapangan golf? keren juga yaa..

    dan aku baru tau kalo batu kapur gak hanya warna putih aja, kak 😀

  22. Ika
    12/04/2016
    Reply

    Wahh itu bekas penambangannya dijadikan lapangan golf? Keren.

    Dan aku baru tau kalo batu kapur tak selalu berwarna putih 😀

  23. Ika
    12/04/2016
    Reply

    Wah keren yaa bisa dibuat lapangan golf seperti itu sesudahnyaaa..

    Dan baru tau kalo batu kapur tak selalu putih 😀

  24. Mia Fajarani
    12/04/2016
    Reply

    Itu beneran bekas tambang di jadiin lapangan golf? Beuuhhh kereeen.
    Tapi ttp abu jadi permasalahan. Ya mau gimana lagi kalau gak pake proses blasting, gimana cara ngeruntuhin bongkahan kapur nya

  25. Florensi Mellia
    12/04/2016
    Reply

    Ternyata peledakannya ga semengerikan bayanganku. Tapi tetep harus waspada juga sih. Seneng banget ya mbak bisa jalan-jalan sekaligus mendulang ilmu banyak. Hehe:)

  26. Andria Nur Wahyu
    12/04/2016
    Reply

    Wah, wisata aja bisa dapet informasi yang lengkap gini. Hmm Jadi pengen nyobain kesana hahaha…

  27. rini
    12/04/2016
    Reply

    Lengkap
    Wisata seperti ini yang sesungguhnya menarik ya, ada edukasi sekaligus (teteup) jalan jalannya hehe

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya. Penting banget, Mbak. Terutama visiting untuk para penduduk, pemangku adat, pemerintah setempat dan para jurnalis. Agar jalan tengah penambangan didapatkan dan antara perusahaan & warga tidak selalu bersitegang.

  28. Ajen
    12/04/2016
    Reply

    Pertambangan emang bikk dilema, sih. Yang jelass yah tetap aja bikinn kita harus lebih aware sama lingkungan.

    • Makarame
      13/04/2016
      Reply

      Iya ajen. Soalnya kan mau ga mau kita butuh untuk pembangunan.
      Yang terpenting tetap menjaga keseimbangan alam sebelum, saat, dan sesudah penambangan ya.

  29. Mae
    05/04/2016
    Reply

    Mae ngebayangin saat proses blasting kaya di film2. ternyata.. duh. hehehe..
    kalau demikian seharusnya warga setikitar tidak perlu memasalahkan sekalipun ada getaran. ada aksi ya pasti ada reaksi. toh sudah pasti perusahaan kasih kompensasi terhadap dampak yang terjadi. sekecil apapun.
    tapi memang kebanyakan masalah seperti kehidupan bertetangga. kalau ga usil ga seru 🙂

    • Makarame
      05/04/2016
      Reply

      Iya, udah heboh siapin video. Ternyata dengan jarak kita yang cukup dekat (500 meter) suaranya biasa aja. Aku pikir bakal menggelegar kayak guntur/petir.
      Dan, dipikir bakal merobohkan bukit, ternyata pecahan bongkahannya pun tak terlihat. Hanya asap aja. Haha
      “Tetangga, masa gitu?” Xixixi

  30. Penggemar Ikan Bilih Singkarak
    05/04/2016
    Reply

    … debu penambangan konon dipersoalkan warga. Getaran blasting juga. Entahlah. Semoga semua baik-baik saja. Tulisan yang mak nyussss … Anita. Piss.

    • 05/04/2016
      Reply

      Mungkin kita butuh live in beberapa hari dulu di sekitar lokasi penambangan untuk membuktikannya ya, Bang. Karena saat ini kita hanya mendengar dari dua kubu dengan sudut pandang & kepentingan yang berbeda. Hehe

      Semoga baik-baik saja dan selaras dengan triple bottom line-nya ya, Bang. Karena tidak dapat dipungkiri, kita juga butuh bahan baku maupun hasil jadi dari penambangan ini 😀

  31. Hastira
    05/04/2016
    Reply

    lengkap banget, jadi bertanbah wawasan

    • 05/04/2016
      Reply

      Alhamdulilah, semoga bermanfaat ya, Hastira 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *